Baru bisa mewartakan kalau sesi Ruang Aman Juli dengan Mas Saeroni, kita membahas tentang Laki-laki baru. Tiga prinsi laki-laki baru menurut mas Saeroni adalah komitmen pada keadilan gender, anti diskriminasi, dan anti kekerasan terhadap perempuan. Pelibatan laki-laki diperlukan untuk menghentikan siklus kekerasan yang dilakukan oleh pelaku/pasangan lelaki-nya. Kenyataan menunjukkan, sebagian besar perempuan korban kembali ke pasangan (hidup bersama laki-laki sebagai pelaku), tetap tinggal dalam lingkaran kekerasan, lebih ingin suami/pasangannya berubah lebih baik tetap ingin mempertahankan hubungan dengan laki-laki yang melakukan kekerasan, dan merasa bahwa melaporkan kasusnya ke polisi bukan pilihan untuk mereka. Untuk itu konstruksi gender dan maskulinitas yang hegemonik perlu diubah. Konstruksi ini memberikan laki-laki privilege dan mengkonstruksi laki-laki untuk menjadi superior, dominan dan agresive; menggunakan kekerasan sebagai alat untuk melestarikan hirarkhi dan dominasi; menerima kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah; memaknai relasi seksual sebagai menang/kalah, pembuktian “kejantananâ€, dan arena penakhluka; memaksa laki-laki untuk memiliki peran sosial yang sempit; mengabaikan kebutuhan emotional dan spiritual; serta emaknai keberanian sebagai sikap berani mengambil resiko. Hal tersebut membawa akibat perempuan menjadi korban kekerasan. Untuk itu laki-laki perlu berubah dan menyadari akibat bentukan sosial tersebut pada perempuan, pada laki-laki dan juga pada gender non biner.