Pertemuan Sekolah Pendamping Penyintas

Pertemuan Sekolah Pendamping Penyintas kali ini membahas tentang perbedaan seks dan gender dan beberapa persoalan terkait gender. Perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki dipercaya merupakan dasar bagi masyarakat untuk membedakan perlakuan bagi keduanya. Konstruksi sosial atas gender ini kemudian melahirkan stereotype-stereotype yang nantinya mengarah pada gender injustice atau ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender ini dapat kita temui di hampir semua dimensi kehidupan. Sebagai contoh kasus adalah FGM, layanan dokter laki-laki lebih baik daripada layanan dokter perempuan. Penindasan gender bentuknya ada 5, yaitu eksploitasi, marjinalisasi, ketidakberdayaan (powerlessness), imperialisme kultural, dan kekerasan sisteatis&legitimate.

Mengubah penyintas menjadi dari state of powerlessness untuk menjadi powerful, dapat dilakukan dengan mencoba menggali perasaan dan apa yang kira-kira dapat dilakukan pada situasi yang dihadapinya, termasuk menunjukkan alternatif pilihan pada korban dan memercayai korban bahwa ia mampu melakukan pilihan (prinsip self determination). Imperialisme budaya, menguasai produk-prosuk budaya untuk melakukan gender oppression dan mempertahnkan status quo yang menguntungkan dirinya.

Satu partisipan mengikuti sesi dari luar ruangan karena sedang batuk pilek tetap semangat dan ceria!

Terimakasih kepada universitas Surabaya untuk ruangan yang adem dan bersih.