Pada tanggal 28 Januari 2022 Ruang Aman dilaksanakan pada pukul 09:30-11:30 WIB bersama narasumber Ibu Nur Apriyanti, S Psi., Psikolog dengan tema ‘ Perempuan Pengkritik Perempuan’. Kegiatan dibuka dengan pertanyaan Bu Nur ‘kritik seperti apa yang disampaikan teman yang sudah lama tidak bertemu dengan Anda?’ tentunya jawaban yang disampaikan peserta Ruang Aman cukup beragam tapi yang paling banyak adalah komentar soal fisik. Bu Nur lalu menyampaikan bahwa kritik secara fisik adalah sesuatu yang paling sering disampaikan karena perubahan secara fisik membutuhkan waktu relatif lama dari pada yang lain (misal gadget yang ketinggalan zaman). Menurut Bu Nur kritik ada 2 macam yaitu kritik yang membangun (konstruktif) dan kritik yang negatif/agresi verbal atau mungkin kita lebih familiar dengan nyinyir. Ketika ditanya Bu Nur sebenarnya apa yang didapatkan dengan melakukan kritik negatif/agresi verbal salah satu peserta menjawab ‘merasa lebih baik dengan orang yang dinyinyiri’ peserta lain menjawab ‘karena sedang merasa kesal dengan orang tersebut sehingga dengan nyinyir emosi bisa dikeluarkan’. Agresi verbal terjadi akrena rasa frustrasi dan frustasi disebabkan oleh beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi misalnya : tujuan tidak tercapai, kegagalan dan tidak mendapatkan penerimaan sosial. Selain itu agresi verbal juga terjadi karena faktor budaya: perempuan sebagai second gender, disadari atau tidak dari kecil perempuan cenderung diajari untuk bersaing dengan sesama perempuan lain. Pola asuh dan nilai-nilai yang ditampilkan oleh media yang kemudian diframing juga menjadi faktor pendukung agresi verbal. Salah satu contohnya adalah ketika seseorang ingin mengupload foto di sosial media ada banyak yang harus dipertimbangkan misalnya sudut foto sehingga nampak kurus, editing yang bagus supaya terlihat estetik dan tolok ukur dari penerimaan sosial ketika upload foto dari adalah like dan komentar. Padahal tujuan awal mengaupload adalah untuk mengabadikan momen yang dapat diingat kembali, namun rasanya ada banyak tuntutan sosial/standar yang harus dipenuhi. Apabila tidak mampu mendapatkan like dan koemtar dari yang diharapkan akan membuat frustrasi. Menurut Bu Nur untuk mengurangsi kebiasaan agresi verbal pada sesama perempuan bisa melakukan dengan mendukung ide-idenya, memberikan apresiasi, menolong jika mereka membutuhkan bantuan, meghindari/menolak/menegur candaan seksis dan yang terpenting menurut Bu Nur adalah jangan ghibah.