Savy Amira bekerja sama dengan Woman Think dan Woman Blitz, menyoal bagaimana kita menghadapi Pelecehan. Bertempat di Universitas Surabaya, diskusi ditujukan untuk mengajak mahasiswa menyadari bagaimana harassment sebagai persoalan yang dialami banyak perempuan,oleh budaya patriarkhi yang menjelma dalam keyakinan masyarakat umum, respon para pembuat kebijakan maupun media memposisikannya sebagai persoalan yang ringan.Bagaimana harassment dapat tampil dalam berbagai bentuk (komentar sexist pada perempuan penulis, panggilan yang merendahkan, serangan langsung pada tubuh maupun via daring), di berbagai konteks (lingkup universitas, tempat pengungsian korban bencana), dengan pelaku yang beragam (pasangan, dosen, orang asing, mahasiswa senior); bagaimana kepentingan bisnis dibalik kerja media turut menguatkan kultur perkosaan. Dari diskusi tersebut menguat realitas masih lemahnya hukum di Indonesia dalam merespon persoalan kekerasan seksual, dan masih kuatnya kultur yang mendorong kekerasan seksual terjadi melalui berbagai arah. Ada keraguan pada korban, yang terus menerus dipersalahkan, kemana dan bagaimana orang akan mencari keadilan, bila kondisi tetap saja seperti sekarang. Sebuah kalimat kuat dilontarkan oleh Kalis: Sekecil-kecilnya upaya yang bisa kita lakukan adalah untuk terus berusaha dan memperjuangkan tuntutan atau suara-suara perempuan korban. Diskusi ditutup dengan pemaparan serangkaian tindak bela diri yang sederhana tapi efektif, sebuah pendekatan yang perlu dilatih terus menerus untuk membangun kanal refleks baru untuk merespon tindak pelecehan seksual.